1.
Abu Bakar ash-Shiddiq (Bagain 1)
(Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang ingin melihat seseorang yang
dibebaskan dari api neraka, maka lihatlah Abu Bakar)
Namanya
adalah Abdullah Ibn Quhafah Ibn Utsman Ibn Amir Ibn Amr Ibn Ka’ab Ibn Sa’ad Ibn
Tamim Ibn Murrah Ibn Ka’ab Ibn Luai Ibn Ghalib Ibn al-Fahr al-Qurasy at-Taimiy
–radhiyallahu ‘anhu-. Dahulu di masa jahiliyah ia bernama Abdul Ka’bah lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menggantinya dengan nama Abdullah.[1]
Abu
Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, begitulah orang-orang lebih mengenalnya.
Seorang laki-laki yang pertama kali masuk islam, khalifah pertama kaum
muslimin, seorang manusia mulia dan terbaik umat ini, bahkan manusia terbaik
setelah nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wasallam- dan para nabi lainnya.
Ia
merupakan salah seorang dari sekian banyak sahabat yang telah mendapat kabar
gembira berupa surga dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
*أبو بكر
في الجنة و عمر في الجنة و عثمان في الجنة و علي في الجنة و طلحة في الجنة و الزبير
في الجنة و عبد الرحمن بن عوف في الجنة و سعد في الجنة و سعيد في الجنة و أبو عبيدة
بن الجراح في الجنة*
“Abu
Bakar masuk surga, Umar masuk surga, Utsman masuk surga, Ali masuk surga,
Thalhah masuk surga, az-Zubair masuk surga, Abdurrahman Ibn Auf masuk surga,
Sa’ad masuk surga, Sa’id masuk surga, Abu Ubaidah Ibn al-Jarrah masuk
surga.”[2]
Juga
berdasarkan sabda Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-:
*من سره
أن ينظر إلى عتيق من النار فلينظر إلى أبي بكر*
“Siapa
yang ingin melihat seseorang yang telah terbebaskan dari api neraka, maka
lihatlah Abu Bakar.”[3]
Ash-Shiddiq
(seorang yang cinta kebenaran) demikian gelar yang disebut Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam terhadapnya. Gelar yang indah dan mengagumkan,
gelar yang juga disebut oleh Allah azza wajalla dalam al-Qur’an dan
menyandingkannya bersama para nabi, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang shalih. Sebagaimana dalam firman-Nya:
*وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ
مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ
رَفِيقًا*
“Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. an-Nisa: 69)
Imam
Hakim rahimahullah menyebutkan:
*عن عائشة
رضي الله عنها قالت لما أسري بالنبي إلى المسجد الأقصى اصبح يتحدث الناس بذلك فارتد
ناس ممن كانوا آمنوا به وصدقوه وسعوا بذلك إلى أبي بكر رضي الله عنه فقالوا هل لك في
صاحبك يزعم أنه أسري به في الليل إلى بيت المقدس قال أو قال ذلك قالوا نعم قال لئن
كان قال ذلك لقد صدق قالوا وتصدقه أنه ذهب الليلة إلى بيت المقدس وجاء قبل أن يصبح
قال نعم إني لأصدقه بما هو أبعد من ذلك اصدقه بخبر السماء في غدوة أو روحة فلذلك سمى
أبو بكر الصديق*
“Dari
Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
di isra kan ke masjid al-Aqsha, mulailah manusia saat itu membicarakan dirinya.
Banyak orang-orang yang awalnya beriman dan mempercayainya kembali murtad dari
agamanya. Kemudian mereka datang kepada Abu Bakar untuk mempertanyakan dakwaan
itu kepadanya. Mereka berkata, “Bagaimana pendapatmu terhadap sahabatmu yang
mengaku telah melakukan perjalanan tadi malam ke Bait al-Maqdis?” Ia berkata,
“Apakah beliau mengatakan itu?” Mereka berkata, “Iya.” Ia berkata, “Jika beliau
mengatakan hal itu, maka sungguh beliau telah berkata benar.” Mereka berkata,
“Kau membenarkan bahwa ia semalam melakukan perjalanan ke Bait al-Maqdis dan
kembali sebelum waktu subuh?” Ia berkata, “Ya!! bahkan aku akan membenarkan
ucapannya jika ia melakukan perjalanan yang lebih jauh dari itu, aku
membenarkan berita yang dibawakannya dari langit pada waktu siang ataupun
malam.” Oleh karena itu ia diberi nama Abu Bakar ash-Shiddiq.”[4]
Ia
teguh, keimannya kuat, hingga menancap
dalam relung-relung hatinya lalu mematahkan berbagai syubhat yang hendak
mencoba menggoyahkan imannya. Tapi ujian keimanannya belum juga berakhir,
siksaan demi siksaan mendera Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum
muslimin, hingga mewajibkan mereka hijrah dari tanah kelahiran mereka.
✍🏼
Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy
Referensi:
[1] Ibn
Abdil Bar, al-Isti’ab Fi Ma’rifati al-Ashab, Jilid III, Daar al-Jiil, Hal. 963.
[2]
Muhammad Ibn Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Jilid V, Daar Ihyaai at-Turats
al-Araby, Hal. 647.
[3]
Muhammad Ibn Abdillah al-Hakim, al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahihain, Jilid III,
Daar al-Kutub al-Ilmiyah, Hal. 64.
[4]
Muhammad Ibn Abdillah al-Hakim, al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahihain, Jilid III,
Daar al-Kutub al-Ilmiyah, Hal.81.
--------------------------
#Mari
bergabung dalam grup Tadabbur Qur’an dan Kisah dengan cara: Ketik Nama_Asal
Kota_No Wa kirim ke:
📲Grup
Khusus Akhwat|Perempuan : 085146429200
📲Grup
Khusus Ikhwah | Laki-laki : 082187903431
📁Baca
artikel-artikel lainnya di almunawy.com
🍃Mari
berbagi kebaikan dengan membagikan tulisan ini🍃
💡Hiasi
diri dengan ilmu, amal, dakwah dan tarbiyah💡
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih