Sabtu, 10 Desember 2016

Manusia-Manusia Terbaik Dalam Sejarah Islam





1. Abu Bakar ash-Shiddiq (Bagain 1)

(Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang ingin melihat seseorang yang dibebaskan dari api neraka, maka lihatlah Abu Bakar)

Namanya adalah Abdullah Ibn Quhafah Ibn Utsman Ibn Amir Ibn Amr Ibn Ka’ab Ibn Sa’ad Ibn Tamim Ibn Murrah Ibn Ka’ab Ibn Luai Ibn Ghalib Ibn al-Fahr al-Qurasy at-Taimiy –radhiyallahu ‘anhu-. Dahulu di masa jahiliyah ia bernama Abdul Ka’bah lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggantinya dengan nama Abdullah.[1]

Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, begitulah orang-orang lebih mengenalnya. Seorang laki-laki yang pertama kali masuk islam, khalifah pertama kaum muslimin, seorang manusia mulia dan terbaik umat ini, bahkan manusia terbaik setelah nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wasallam- dan para nabi lainnya.

Ia merupakan salah seorang dari sekian banyak sahabat yang telah mendapat kabar gembira berupa surga dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

*أبو بكر في الجنة و عمر في الجنة و عثمان في الجنة و علي في الجنة و طلحة في الجنة و الزبير في الجنة و عبد الرحمن بن عوف في الجنة و سعد في الجنة و سعيد في الجنة و أبو عبيدة بن الجراح في الجنة*

“Abu Bakar masuk surga, Umar masuk surga, Utsman masuk surga, Ali masuk surga, Thalhah masuk surga, az-Zubair masuk surga, Abdurrahman Ibn Auf masuk surga, Sa’ad masuk surga, Sa’id masuk surga, Abu Ubaidah Ibn al-Jarrah masuk surga.”[2]

Juga berdasarkan sabda Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-:

*من سره أن ينظر إلى عتيق من النار فلينظر إلى أبي بكر*

“Siapa yang ingin melihat seseorang yang telah terbebaskan dari api neraka, maka lihatlah Abu Bakar.”[3]

Ash-Shiddiq (seorang yang cinta kebenaran) demikian gelar yang disebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadapnya. Gelar yang indah dan mengagumkan, gelar yang juga disebut oleh Allah azza wajalla dalam al-Qur’an dan menyandingkannya bersama para nabi, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Sebagaimana dalam firman-Nya:

*وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا*

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. an-Nisa: 69)

Imam Hakim rahimahullah menyebutkan:

*عن عائشة رضي الله عنها قالت لما أسري بالنبي إلى المسجد الأقصى اصبح يتحدث الناس بذلك فارتد ناس ممن كانوا آمنوا به وصدقوه وسعوا بذلك إلى أبي بكر رضي الله عنه فقالوا هل لك في صاحبك يزعم أنه أسري به في الليل إلى بيت المقدس قال أو قال ذلك قالوا نعم قال لئن كان قال ذلك لقد صدق قالوا وتصدقه أنه ذهب الليلة إلى بيت المقدس وجاء قبل أن يصبح قال نعم إني لأصدقه بما هو أبعد من ذلك اصدقه بخبر السماء في غدوة أو روحة فلذلك سمى أبو بكر الصديق*

“Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di isra kan ke masjid al-Aqsha, mulailah manusia saat itu membicarakan dirinya. Banyak orang-orang yang awalnya beriman dan mempercayainya kembali murtad dari agamanya. Kemudian mereka datang kepada Abu Bakar untuk mempertanyakan dakwaan itu kepadanya. Mereka berkata, “Bagaimana pendapatmu terhadap sahabatmu yang mengaku telah melakukan perjalanan tadi malam ke Bait al-Maqdis?” Ia berkata, “Apakah beliau mengatakan itu?” Mereka berkata, “Iya.” Ia berkata, “Jika beliau mengatakan hal itu, maka sungguh beliau telah berkata benar.” Mereka berkata, “Kau membenarkan bahwa ia semalam melakukan perjalanan ke Bait al-Maqdis dan kembali sebelum waktu subuh?” Ia berkata, “Ya!! bahkan aku akan membenarkan ucapannya jika ia melakukan perjalanan yang lebih jauh dari itu, aku membenarkan berita yang dibawakannya dari langit pada waktu siang ataupun malam.” Oleh karena itu ia diberi nama Abu Bakar ash-Shiddiq.”[4]

Ia teguh, keimannya kuat, hingga menancap  dalam relung-relung hatinya lalu mematahkan berbagai syubhat yang hendak mencoba menggoyahkan imannya. Tapi ujian keimanannya belum juga berakhir, siksaan demi siksaan mendera Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin, hingga mewajibkan mereka hijrah dari tanah kelahiran mereka.

✍🏼 Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy

Referensi:

[1] Ibn Abdil Bar, al-Isti’ab Fi Ma’rifati al-Ashab, Jilid III, Daar al-Jiil, Hal. 963.

[2] Muhammad Ibn Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Jilid V, Daar Ihyaai at-Turats al-Araby, Hal. 647.

[3] Muhammad Ibn Abdillah al-Hakim, al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahihain, Jilid III, Daar al-Kutub al-Ilmiyah, Hal. 64.

[4] Muhammad Ibn Abdillah al-Hakim, al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahihain, Jilid III, Daar al-Kutub al-Ilmiyah, Hal.81.
--------------------------

#Mari bergabung dalam grup Tadabbur Qur’an dan Kisah dengan cara: Ketik Nama_Asal Kota_No Wa kirim ke:

📲Grup Khusus Akhwat|Perempuan : 085146429200
📲Grup Khusus Ikhwah | Laki-laki : 082187903431

📁Baca artikel-artikel lainnya di almunawy.com

🍃Mari berbagi kebaikan dengan membagikan tulisan ini🍃

💡Hiasi diri dengan ilmu, amal, dakwah dan tarbiyah💡

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih