Jumat, 23 Desember 2016

KETIKA 1000 PEMBANGUN BERSATU


Sekedar berbagi kesan dan rasa.
Aku meninggalkan kota Madinah 16 tahun yang lalu.
Sang hamba Allah ini pulang ke tanah air dengan obsesinya.
Obsesi tentang 1000 pembangun.
Membangunkan negeri yang terlelap.
Membangunkan jiwa yang tenggelam dalam kesendiriannya.

Ternyata tidak mudah menyatukan 1000 pembangun.
Karena ada banyak manusia pembangun kau temukan,
Namun sedikit saja dari mereka yang berlapang dada
untuk bersatu dalam sebuah gerak juang yang seiring.
Karena untuk itu,
Engkau tidak hanya harus siap untuk memimpin.
Namun juga harus siap untuk dipimpin.

Banyak ustadz yang siap berdakwah.
Siap mengorbankan sepenuh waktunya untuk umat.
Tapi sedikit yang dapat berlapang dada
untuk menjadi “makmum” dalam perjuangan.
Apalagi jika merasa memiliki kualitas diri yang unggul.
Banyak yang siap untuk didengarkan.
Tapi hitunglah sendiri berapa yang siap mendengar
Atau menjadi penyimak yang baik.
Jika berpendapat, pendapatnya yang harus jadi.
Karena lapang dada telah hilang dari dalam hati.

Tapi di sini,
Aku menyaksikan kejadian menakjubkan.
Banyak orang-orang istimewa yang rela berlapang dada
Untuk menjadi “makmum” dalam kebaikan,
Meski setiap mereka dapat saja meraih dunia
Jika mereka mau.
Sebagian dari mereka seharusnya sudah jadi pejabat besar
Andai berbelas tahun lalu mereka tidak memilih jalan ini.

Tapi apa bahagianya hidup ini,
Jika kakimu tak berderap di atas jalan dakwah?
Mungkin hartamu berlimpah tiada habis
Mungkin rumahmu bak istana merah manggis
Mungkin istrimu seorang wanita cantik dan manis
Tapi bahagiamu takkan sempurna,
Kecuali ketika tapak-tapak jiwamu tak meninggalkan jejak
Di jalan dakwah nan indah!

Di sini,
Aku melihat sekumpulan manusia unggul duduk bermajlis
Setiap mereka sesungguhnya unggul tanpa basa-basi
Tapi mereka tetap duduk penuh kerendahan hati
Menyimak satu demi satu butir pembicaraan
Bahkan menyampaikan sanggahan dengan nada tinggi.
Namun sesudah itu, semuanya luruh dalam pelukan ukhuwah.
Karena begitulah tabiat mereka bermusyawarah.

Pemimpin bukan manusia suci
Yang semena-mena harus kau telan bulat-bulan pendapatnya.
Di sini,
Kau dapat menyanggah dan mendebatnya
Tapi cintamu padanya tak luntur dari jiwa.

Semoga inilah impian yang akan mewujud
1000 manusia pembangun dalam jejak peradaban rabbani.
Oh tidak, bahkan mungkin berjuta-juta manusia pembangun!
Amin.

(Sebuah goresan kesan 20 tahun bersama Wahdah Islamiyah)

Muhibbukum fiLlah,
Muhammad Ihsan Zainuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih