Senin, 18 Desember 2017

Palestina dan kemenangan kaum muslimin

Oleh : Ustadz Muh. Ikhwan Djalil, Lc., MA
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على أشرف المرسلين و على آله و صحبه أجمعين ، أما بعد
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah ,,, jika menengok sejarah saat para Sahabat Rasulullah memimpin penaklukan negeri Syam termasuk Palestina, hingga berakhir nindah dengan penaklukan Al Quds dengan penuh damai dan aman .
Kita mungkin bertanya-tanya , mengapa hari ini , kemenangan itu seakan “terlambat” alias belum tiba??
Jawaban mungkin ini adalah ujian dari Allah kepada kaum Muslimin, atau mungkin ada yang kurang dalam keislaman kita, hingga pertolongan dan kemenangan itu belum tiba.
Suatu hari, saat shaluhuddin memeriksa pasukannya dan mendapati mereka tekun melaksanakan tilawah Al Quran dan shalat malam , maka keyakinan akan kemenanganpun membuncah pada hatinya.
Ya, kemenangan hanya dapat diraih dengan pertolongan Allah , dan pertolongan Allah akan turun saat kita teguh menjalankan agamanya.
‎يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Artinya : “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
‎وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya : “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,” (QS. Al Hajj : 40)
‎وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya : “Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid : 25)
Ayat yang terakhir ini mengisyaratkan bahwa pertolongan Allah menagih perjuangan dan pengorbanan kita dengan tenaga , keringat dan darah, Allahu Akbar
Akhirnya marilah kita terutama dihari-hari yang mulia (hari Jum’at), kita sisihkan hati kita untuk Al Aqsha , untuk Al Quds dengan doa kepada pemiliknya yang sejati Allahu Rabbul Izzati untuk menjaganya dan mengembalikan seutuhnya kepada kaum muslimin, ummat terpilih yg mewarisi tanah suci..

sumber: www.rumahtarbiyah.com


Senin, 19 Juni 2017

Mungkinkah Tuhan punya anak?

Sejenak direnungkan dengan akal yang sehat dan pikiran yang jernih itu adalah suatu hal yang tidak mungkin karena:

1. Tuhan tidak butuh punya anak untuk melanjutkan keturunan karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu.

2. Sesuatu yang dilahirkan akan mewarisi sifat sifat induknya dengan demikian Tuhan tidak menjadi Esa lagi. Apa jadinya kalau Tuhan lebih dari satu? akan hancur langit dan bumi karena masing-masing akan unjuk kekuasaan dan saling bertempur membawa makhluk ciptaannya.

مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَٰهٍ ۚ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ
Artinya:
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,
Surah Al-Mu'minun (23:91)

Sementara faktanya alam semesta yang kita tinggal, penuh keteraturan dan ketenangan karena pencipta dan pengaturnya hanya satu.

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Artinya:
Dan Dialah (Allah) yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
Surah Al-Anbiya (21:33)

3. Tuhan punya sifat Al Awwal (Yang ada sebelum segala sesuatunya ada). Yg dilahirkan berarti bukan lagi yang pertama kali ada.

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya:
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Surah Al-Hadid (57:3)

4. Tidak punya Istri.
Tuhan kehidupannya sempurna dan Maha Kaya tidak butuh kepada yang lain.

Minggu, 21 Mei 2017

Copas dari: Rumahtarbiyah.com
 
Oleh : Ustad Maulana La Eda, Lc. Hafizhahullah
(Mahasiswa S2 Jurusan Ilmu Hadis, Universitas Islam Madinah)

Hanya sekitar 20an kosa kata, namun kandungan dan maknanya sangatlah luas dan
mempesona. Bila kita benar-benar menyelaminya sembari menelaah ucapan para ulama dan ahli tafsir tentang maknanya, satu kitab pun tak akan cukup tuk mengupas
tuntas keindahan dan pesona tadabburnya. Bukan syarah atau penjelasan hukum dan faedah ilmiyah yang luas tentang puasa yang saya maksud, namun ia hanyalah tadabbur dan renungan makna yang disarikan dari 20an kosa kata tersebut. Andai ada teman-teman yang bisa sungguh-sungguh mentadabburi ayat pendek ini, seraya membandingkannya dengan ucapan para ulama, niscaya akan muncul karya tulis
tadabbur yang tebal, hanya dari sekitar 20 kosa kata. Itulah mukjizat Al-Quran dan
bahasa arab yang merangkai tiap kata dan kalimatnya. Allah ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
َArtinya : Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS.Al Baqarah : 183)
Para ulama telah bersungguh-sungguh menelaah dan mentadabburi ayat ini dalam berbagai kitab mereka baik tafsir, hadis maupun yang lainnya. Dibawah ini adalah sedikit hasil dari telaah dan tadabbur mereka dalam menjelaskan makna dan faedah dari ayat ini, bukan syarah hukum dan penjelasan puasa, namun faedah tadabbur yang
hanya disarikan dari 20 kosa kata yang merangkai keagungan ayat kewajiban
berpuasa tersebut.
Sebelum menyelami tadabbur para ulama dalam ayat ini, perlu diketahui bahwa ayat puasa ini turun di Madinah, sehingga kewajiban puasa ini juga awal mulanya ada di Madinah. Ini memiliki hikmah tersendiri, sebagaimana yang
disebutkan oleh Al-Biqaa'i rahimahullah dalam kitabnya "Nadzhm Al-Durar (2/14)":
"Alasan diwajibkannya puasa ini di Madinah adalah bahwa tatkala mereka (para
sahabat) merasa aman dari permusuhan orang-orang musyrik, dan zaman fitnah
(kembali dari perang Badr dengan kemenangan), maka fitnah tersebut kembali
khususnya pada diri-diri mereka dengan adanya kelapangan dalam perkara
syahwat/hawa nafsu, yang mana hal ini tidak layak bagi orang-orang beriman yang
lebih memprioritaskan amalan akhirat daripada dunia".
Selamat menyelami.
 Puasa merupakan ibadah yang agak sulit dan melelahkan, sebab itu dalam
mewajibkannya Allah ta'ala menyeru kita dengan seruan yang indah dan penuh
kelembutan dan motivasi, agar kita bisa mendengar dan melaksanakannya dengan
ikhlas dan senang hati. Ada tiga poin motivasi dalam seruan-Nya yaitu:
• 1.Panggilan cinta dan kemuliaan yang menunjukkan tingginya derajat kita sebagai
manusia yang tunduk dalam aturan dan perintah-Nya, tatkala ia menyeru kita dengan seruan "Wahai orang-orang yang beriman".
•2.Agar kita tidak merasa terzalimi oleh-Nya atau merasa tidak diistimewakan dari umat-umat sebelumnya, Dia pun menyatakan: "Sebagaimana (puasa ini) diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu". Ini juga berfungsi agar kita termotivasi untuk melaksanakannya dengan puasa yang lebih baik dan afdhol dari umat-umat
sebelumnya.
Dalam penyerupaan kewajiban ini dengan kewajiban umat sebelumnya terdapat hikmah yang besar, dan cara pembinaan yang baik yaitu menyemangati dan
menghibur orang-orang yang diembankan kewajiban dengan mengisahkan atau
menyebutkan bahwa kewajiban tersebut telah diemban oleh orang lain dan mampu menjalankannya.
•3.Untuk lebih memotivasi kita dalam menjalankannya, Dia menyebutkan hikmah
dibalik puasa ini, yaitu "Agar kalian bertakwa".
 Panggilan " Hai orang-orang beriman" Menunjukkan bahwa orang yang menjawab
seruan ini dengan berpuasa maka ia adalah benar-benar mukmin sejati, sebaliknya
yang tidak menjawabnya dengan puasa keimanannya sangatlah kurang, dan bisa saja ia menjadi kafir kalau berkeyakinan bahwa puasa ini bukanlah suatu kewajiban.
 Lafadz "Kutiba" atau "Kitaaban" yang berarti penetapan dan kewajiban dalam Al-Quran bermakna sesuatu yang wajib dan mesti dilakukan dan terjadi, baik dari segi perkara syariat seperti dalam ayat puasa ini, ataupun sesuatu yang berkaitan dengan takdir seperti ayat " Rabbmu telah menetapkan (mewajibkan/ kataba) atas Diri-Nya rahmat. …" (QS Al-An'am: 54).
Ibadah puasa ini wajib dan harus dilaksanakan, dan rahmat Allah ini mesti ada dan tercurahkan atas mereka yang beriman. Keduanya menggunakan kata "kutiba
(kitaabah)".
 Karena puasa ini adalah ibadah yang agak susah dan melelahkan, maka ketika
menyatakan kewajibannya dalam ayat ini, Allah tidak menyebutkan menisbatkan
nama-Nya secara langsung sebagai Dzat yang memberikan kewajiban ini sebab ia tidak layak untuk dinisbatkan pada yang sulit dan menyusahkan. Hal ini senada dengan firman-Nya : "Diwajibkan atas kamu untuk berperang…" (QS Al-Baqarah: 216), juga : " Hai orang-orang beriman diwajibkan atas kalian menerapkan qishash
dalam pembunuhan.”.." (QS Al-Baqarah: 178).  Namun ketika dalam kewajiban yang mengandung rahmat dan kabar gembira Dia secara langsung menyebut nama-Nya atau menyandarkan perbuatan tersebut pada Dzat yang mewajibkannya contohnya dalam firman-Nya: " Rabbmu telah menetapkan (mewajibkan) atas Diri-Nya rahmat …" (QS Al-An'am: 54).
 Satu ketaatan akan mendatangkan ketaatan yang lainnya. Dalam ayat ini Allah ta'ala menyatakan bahwa puasa dapat membuahkan sifat taqwa. Dan taqwa ini adalah semua amalan shalih menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ini menunjukkan bahwa puasa bisa mendatangkan ketaatan-ketaatan lainnya yang lebih banyak, baik berupa menjauhi maksiat, tilawah al-quran sedekah (karena merasakan penderitaan fakir miskin),, ataupun ibadah-ibadah lainnya.
Sebaliknya kalau tidak puasa tanpa udzur, maka akan mendatangkan adanya
maksiat-maksiat lain yang lebih banyak karena kemaksiatan –sebagaimana halnya kebaikan- juga menyebabkan adanya maksiat-maksiat lainnya.
 Makna "agar kalian bertaqwa":
•1.Dengan ibadah puasa diharapkan agar kalian meraih sifat taqwa. Karena ia
berfungsi sebagai tazkiyatunnafs (penyuci jiwa), dan pembersihnya dari akhlak dan sifat yang buruk.
•2.Dengan ibadah puasa engkau akan dimasukkan dalam golongan orang-orang
bertaqwa karena puasa merupakan syiar mereka.
•3.Taqwa bisa bermakna tameng dan penghalang. Sehingga ibadah puasa yang
konsekuensinya adalah meninggalkan maksiat, karena bisa mengekang hawa nafsu dan mempersempit pintu masuk syaithan dalam tubuh manusia, pasti menjadi tameng dari api neraka, karena ia membuat lemah hawa nafsu dan menundukkannya.
•4.Taqwa sebagai penghalang dari maksiat. Artinya dengan puasa ini, seseorang bisa mengekang hawa nafsunya dari berbuat dosa dan maksiat baik dalam bulan puasa atau diluarnya.
• Tujuan suatu kewajiban atau amal ibadah yang disebutkan oleh Allah ta'ala
merupakan bagian dari suatu kewajiban juga, artinya melakukan kewajiban agar bisa melakukan kewajiban yang lain. Sama halnya dengan puasa yaitu kita melakukan puasa yang merupakan suatu kewajiban agar kita semua bisa mewujudkan kewajiban yang lain yaitu sifat taqwa.
Ini juga sama halnya dengan ibadah shalat, sebagaimana
dalam firman-Nya: "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" (QS Al-Ankabut: 45).
Artinya shalat merupakan suatu kewajiban, dengan melaksanakannya maka akan bisa mewujudkan kewajiban lain yaitu mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar.
 Dalam perintah suatu ibadah, Allah hanya menyebutkan tujuan dan hikmah ibadah tertentu seperti yang disebutkan diatas, dan Dia sama sekali tidak menyebutkan tentang nikmatnya suatu ibadah tersebut, atau tidak menjadikan nikmat dan lezatnya suatu ibadah sebagai bagian dari tujuan ibadah secara langsung.
Hikmah dari hal ini
adalah karena rasa nikmat dan kelezatan ibadah merupakan inti dari derajat ihsan, yang mana bila dijadikan sebagai bagian dari tujuan ibadah maka akan mempersulit kebanyakan orang yang melakukannya lantaran sulitnya untuk benar-benar mewujudkannya dalam hati.
 "Diwajibkan atas kamu berpuasa …. Agar kamu Bertaqwa", Taqwa merupakan derajat iman yang paling tinggi, tidak semua mukmin bisa mencapai derajat ini kecuali orang-orang yang benar-benar bisa bersabar dalam menjalani ibadah dan ujian Allah ta'ala. Artinya: untuk mencapai suatu derajat yang tinggi, baik dalam urusan dunia apalagi akhirat, seseorang harus menjalani tes, ujian bahkan rintangan, bila
bersabar dan berhasil melaluinya maka derajatnya akan terangkat, dan akan
dimuliakan, Ini sama halnya dengan ibadah puasa ini yang membutuhkan kesabaran dalam menjalaninya, sebab ia adalah ujian dan cobaan agar kita bisa meraih derajat
taqwa disisi-Nya.
 Salah satu tanda orang yang sungguh-sungguh ingin bertakwa adalah yang sungguh-sungguh menjalankan puasa "Agar kalian bertaqwa".
Sumber :Rumahtarbiyah.com

Rabu, 17 Mei 2017

Kumpulan do'a-do'a nabi kita di dalam al-Qur'an

Ust Kosim_ Kis:
🅾  Bismillaah,
.. Kumpulan do'a-do'a nabi kita di dalam al-qur'an.
* آدم
🔲Doa Nabi Adam
"ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين"
[QS. Al A'raf : 23]
* نوح
🔲Doa Nabi Nuh
"رب اغفر لي ولوالدي ولمن دخل بيتي مؤمناً وللمؤمنين والمؤمنات ولاتزد الظالمين إلا تبارا"
[QS. Nuuh : 28]
* هود
🔲Doa Nabi Hud
"إني توكلت على الله ربي وربكم ما من دآبة إلا هو آخذ بناصيتها إن ربي على صراط مستقيم"
[QS. Hud : 56]
* أبراهيم
🔲Doa Nabi Ibrahim
"رب اجعلني مقيم الصلاة ومن ذريتي ربنا وتقبل دعاء ".
[QS. Ibrahim : 40]
"ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم"
[QS. Al Baqarah : 127-128]
* يوسف
🔲Doa Nabi Yusuf
"فاطر السموات والأرض أنت وليي في الدنيا والآخرة توفني مسلما وألحقني بالصالحين"
[QS. Yusuf : 101]
* شعيب
🔲Doa Nabi Syu'aib
"وسع ربنا كل شيء علما على الله توكلنا ربنا أفتح بيننا وبين قومنا بالحق وأنت خير الفاتحين"
[QS. Al A'raf : 89]
* موسى
🔲Doa Nabi Musa
"رب بما أنعمت علي فلن أكون ظهيرا للمجرمين
[QS. Al Qashash : 18]
رب اشرح لي صدري ويسر لي أمري واحلل عقدة من لساني يفقهوا قولي"
[QS. Thahaa : 25-28]
* سليمان
🔲Doa Nabi Sulaiman
"رب أوزعني أن أشكر نعمتك التي أنعمت علي وعلى والدي وأن أعمل صالحا ترضاه وأدخلني برحمتك في عبادك الصالحين"
[QS. Al Ahqaf : 15]
* أيـــوب
🔲Doa Nabi Ayyub
"رب أنى مسني الضر وأنت أرحم الراحمين"
[QS. Al Anbiyaa' : 83]
* يونـس
🔲Doa Nabi Yunus
"لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين"
[QS. Al Anbiyaa' : 87]
* يعقوب
🔲Doa Nabi Ya'qub
"انما أشكو بثي وحزني إلى الله"
[QS. Yusuf : 86]
* محمـد صلى الله عليه وسلم
🔲Doa Nabi Muhammad
"ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنه وقنا عذاب النار"
[QS. Al Baqarah : 201]
:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.
أدعيه حلـوِْوه مـَُِنٍّ القرآن الكريم
..💐  Doa2 indah yang terdapat di dalam Al Quran
تريد ذرية صالحة:
🌷 Doa agar mendapatkan keturunan yang sholih
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
[QS. Ali Imran : 38]
رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
[QS. Al Anbiyaa : 89]
خائف يزوغ قلبك:
🌷 Doa agar hati tidak dicondongkan kpd Kesesatan
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّاب
[QS. Ali Imraan : 8]
تريد الشهادة:
🌷 Doa agar mendapatkan Syahid
رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
[QS. Ali Imran : 53]
 شايل هم كبير:
🌷 Doa menghilangkan kegundahan yang besar
حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
[QS. At Taubah : 129]
تريد تحافظ على الصلاة أنت وذريتك:
🌷 Doa agar bisa menjaga sholat
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
[QS. Ibrahim : 40]
تريد زوجتك وعيالك مسخرين لك:
🌷 Doa agar istri & anak menjadi penyejuk mata
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
[QS. Al Furqon : 74]
بيت مبارك لك فيه:
🌷 Doa agar rumah kita diberkahi
رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلًا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِين
[QS. Al Mu'minuun : 29]
تبعد الشياطين عنك:
🌷 Doa agar kita dijauhkan dari tipu daya setan
رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
[QS. Al Mu'minuun : 97]
خائف من عذاب جهنم:
🌷 Doa ketika takut siksaan Jahannam
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
[QS. Al Furqon : 65]
خائف من الله لا يقبل عملك
🌷 Doa ketika takut amal kita tidak diterima
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّك أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
[QS. Al Baqarah : 127]
حزين بحياتك:
🌷 Doa ketika bersedih dalam hidup
إنما أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّه
[QS. Yusuf : 86]
لا تحرم غيرك من احلى الأدعيهالقرآنيه
Jangan menghalangi saudaramu dari manisnya doa2 di dalam Al Quran ini
نصيحة : استمر في ارسالھا لعلها تكون لك صدقة جارية
Nasihat : teruskanlah pesanan ini kpd saudara2 kita, semoga kelak akan menjadi sedekah jariah bagi kita semua

Senin, 24 April 2017

CATATAN KECIL: Hari-hari manusia dipergilirkan


🍂 Saudraku, mari renungkan ayat ini:

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

”Dan hari-hari itu, Kami pergilirkan di antara manusia…” (QS Ali Imran ayat 140)

Ayat ini berbicara tentang masa jaya dan masa terpuruk manusia, bahwasanya masa jaya dan terpuruk akan berputar dipergilirkan oleh Allah diantara mereka(manusia).

Saudaraku yang kucinta, karena itu maafkanlah orang yang bersalah, maklumi orang yg lupa, mudahkan orang yg susah, jangan hardik orang yang keliru, terima kekurangan orang yang lemah, jangan remehkan orang yang tak punya, bantu orang yang terhimpit, berdirikan orang yang jatuh, motivasi orang yang terpuruk, angkat orang rendah, kasihani orang yang tak berdaya dan beri uzur pada orang yang khilaf.

_Kenapa???_

Karena hari-hari dari masa jaya dan terpuruk akan dipergilirkan oleh Allah 'azza wa jalla diantara manusia. Mungkin sudah dekat masanya engkaupun mengalami hal yg serupa.

*Ya Allah, teguhkan kami semua diatas agama-Mu*

✒ _Ustadz Syahrullah Hamid_
_________________
🍀Grup WA Belajar Islam Intensif(BII)🍀


*Gabung Grup BII*
Ketik BII#Nama#L/P#Daerah
Kirim via WhatsApp ke:
📱 +628113940090

👍Like FP Belajar Islam Intensif
👍Follow instagram belajar.islam.intensif
🌐www.belajarislamintensif.com

🍀Grup WA Belajar Islam Intensif🍀

Kamis, 20 April 2017

Jejak keislaman kartini Yang belum banyak diketahui


Salin saji, sepenggal catatan menyongsong 
Hari Kartini,

Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;

"Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?"

"Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca".

"Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya".

"Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?"

RA Kartini melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny Abendanon.

"Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya".

"Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kitab ini teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya".

Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, menceritakan pertemuan RA. Kartini dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang — lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat dan menuliskan kisah tsb sbb:

Takdir, menurut Ny Fadihila Sholeh, mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.

Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.

Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.

Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog Kartini-Kyai Sholeh.

“Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog.

Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai Sholeh balik bertanya.

“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.

Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Dialog berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali subhanallah. Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.

Setelah pertemuan itu, Kyai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia.

Surat yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikut, karena Kyai Sholeh meninggal dunia.

Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat (baca: Eropa) berubah. Perhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon.

"Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban".

"Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan".

Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; "Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disun dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; “Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah SWT.

RA Kartini pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat mempelajari Islam. Guru ngajinya memarahinya karena dia bertanya tentang arti sebuah ayat Al-Qur’an. Ketika mengikuti pengajian Kiai Soleh Darat di pendopo Kabupaten Demak yang bupatinya adalah pamannya sendiri, RA Kartini sangat tertarik dengan Kiai Soleh Darat. Saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat Al-Fatihah.

RA Kartini lantas meminta romo gurunya itu agar Al-Qur'an diterjemahkan. Karena menurutnya tidak ada gunanya membaca kitab suci yang tidak diketahui artinya. Pada waktu itu penjajah Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan Al-Qur’an. Dan para ulama waktu juga mengharamkannya. Mbah Shaleh Darat menentang larangan ini. Karena permintaan Kartini itu, dan panggilan untuk berdakwah, beliau menerjemahkan Qur’an dengan ditulis dalam huruf Arab pegon sehingga tak dicurigai penjajah.

Kitab tafsir dan terjemahan Al-Qur’an itu diberi nama Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur’an. Tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Jilid pertama yang terdiri dari 13 juz. Mulai dari surat Al-Fatihah sampai surat Ibrahim.

Kitab itu dihadiahkannya kepada RA Kartini sebagai kado pernikahannya dengan RM Joyodiningrat, Bupati Rembang. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya.

Kartini amat menyukai hadiah itu dan mengatakan: “Selama ini al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami.”

Melalui kitab itu pula Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya. Yaitu Surat Al-Baqarah ayat 257 yang mencantumkan, bahwa Allah-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya Minadh Zdhulumaati ilan Nuur

Kartini terkesan dengan kalimat Minadh-Zdhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya karena ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya.

Kisah ini sahih, dinukil dari Prof KH Musa al-Mahfudz Yogyakarta, dari Kiai Muhammad Demak, menantu sekaligus staf ahli Kiai Soleh Darat.

Dalam surat-suratnya kepada sahabat Belanda-nya, JH Abendanon, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat “Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. Sayangnya, istilah “Dari Gelap Kepada Cahaya” yang dalam Bahasa Belanda “Door Duisternis Tot Licht” menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan Armijn Pane dengan kalimat “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Mr. Abendanon yang mengumpulkan surat-surat Kartini menjadikan kata-kata tersebut sebagai judul dari kumpulan surat Kartini. Tentu saja ia tidak menyadari bahwa kata-kata tersebut sebenarnya dipetik dari Al-Qur’an. Kata Minazh-Zdhulumaati ilan-Nuur dalam bahasa Arab tersebut, tidak lain, merupakan inti dari dakwah Islam yang artinya: membawa manusia dari kegelapan (jahiliyyah atau kebodohan) ke tempat yang terang benderang (petunjuk, hidayah atau kebenaran).

Semoga Allah mengampunimu, ibu Kartini. Aamiyn ya Rabbal aalamiyn.                        

Senin, 13 Maret 2017

Hukum Mengambil Upah untuk Adzan



💡Halaqah ke-206💡#Bulughul_Maram#Kitab_Shalat#Bab_Adzan


195. Utsman bin Abul 'Ash radhiyallahu'anhu berkata:

‎أَنَّهُ قَالَ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ اِجْعَلْنِي إِمَامَ قَوْمِي . قَالَ : "أَنْتَ إِمَامُهُمْ  وَاقْتَدِ بِأَضْعَفِهِمْ  وَاِتَّخِذْ مُؤَذِّنًا لَا يَأْخُذُ عَلَى أَذَانِهِ أَجْرً

"Wahai Rasulullah jadikanlah aku sebagai imam kaumku", Nabi ﷺ menjawab "Kamulah imam mereka, perhatikanlah orang yang paling lemah, dan angkatlah seorang muadzin yang tidak menuntut upah dari adzannya."
(Diriwayatkan oleh Imam Lima. Hasan menurut Tirmidzi dan shahih menurut Hakim).

Pelajaran hadits :

•1. Bolehnya meminta jadi imam atau jabatan lainnya jika ada kapasitas dan memandang adanya maslahat. Adapun memintanya dengan tujuan sekedar kekuasaan dan kedudukan maka tidak terpuji.

•2. Hendaknya para imam memperhatikan makmumnya yang lemah dan berumur, tidak memanjangkan shalat yang memberatkan mreka, begitu juga dalam urusan lainnya.

•3. Diutamakan muadzzin yang sukarela dibandingkan muadzzin yang mengharap upah.

•4. Hadits ini dalil Hanafiyyah dan sebagian ulama melarang menjadikan adzan sebagai sumber rezeki karena ia adalah ibadah, adapun menurut Syafi'iyyah, pendapat masyhur Malakiyyah, dan pendapat ulama belakangan Hanafiyyah mengatakan boleh menjadikan adzan atau imam sebagai sumber rezeki dengan alasan bahwa muadzzin adalah profesi dan perlu meluangkan waktu khusus sebagaimana mengajarkan Al-Qur'an dan ilmu. Maka tentunya mengangkat muadzzin yang suka rela lebih baik tapi bukan berarti tidak boleh mengambil upah apalagi jika miskin dan tidak ada pekerjaan lainnya kecuali adzan.

•5. Perlu dibedakan antara pekerjaan yang dijadikan sumber rezeki dan kontrak kerja. Sumber rezeki artinya tidak ada perjanjiannya, dimana upah dan masa kerjanya tidak ditentukan kadar dan batasnya. Adapun kontrak kerja maka ada perjanjian dimana upah dan masa kerjanya ditentukan kadar dan batas kerjanya. Keduanya dibolehkan bagi muadzzin dan imam.

Wallahu a'lam

✒ Abul Qasim Ayyub Soebandi, LC -hafidzahullah-
( Alumni Fakultas Hadits, Islamic University of Madinah, Saudi Arabia )
_______
🍀Grup WA Belajar Islam Intensif(BII)🍀

Gabung Grup BII
Ketik BII#Nama#L/P#Daerah
Kirim via WhatsApp ke:
📱 +628113940090

👍Like FP Belajar Islam Intensif
👍Follow instagram belajar.islam.intensif
🌐www.belajarislamintensif.com

🍀Grup WA Belajar Islam Intensif🍀

Senin, 13 Februari 2017

Tips Memilih Durian Yang Baik



Musim durian telah tiba, disana sini kita jumpai banyak durian yang dijual, baik di Mall maupun lapak-lapak dipinggir jalan.Tak jarang durian yang dibeli  malah bikin kecewa, Karena rasanya yang hambar. Tapi buat kamu yang suka makan durian,  sedikit kami berbagi  tips dalam membeli durian.

1.       Kenali durian yang baik dari baunya
Durian yang berkualitas baik ditandai dengan baunya yang tajam. Tercium dari jarak beberapa meter. Sedangkan durian yang kurang matang dengan sempurna baunya kurang menyengat.sebelum membeli bauilah terlebih dahulu satu persatu.

2.       Matang dipohon
Durian yang matang sempurna akan jatuh dari pohonnya. Gantungannya akan terlepas dari tangkai maupun batangnya. Sehingga gantungannya akan terpotong sesuai dengan garisnya. Yang dimaksud gantungan disini adalah yang melekatkan antara buah dengan pohon (bahasa ilmiahnya kira-kira apa?). Sebaliknya durian yang dipanen sebelum matang gantungannya akan memanjang. 


     Jika durian tidak matang dipohon
Sebenarrnya bukan masalah jika durian tidak matang dipohon,dengan syarat telah masuk usia panen. Kesalahan Sebagian petani  ketika  memanen durian lebih awal. Tujuannya tentu saja untuk mengejar keuntungan.tapi Jika durian dipanen belum pada waktunya maka rasanya akan hambar dan baunya memudar.

4.       Jangan terpengaruh dengan warna
Varietas durian bermacam-macam, ada yang berwana hijau muda,hijau tua, kuning kecoklatan,dll. Warna belum tentu menunjukkan kualitas

5.       Warna pada isinya
Seperti halnya dengan warna kulit,warna isi durian belum tentu menunjukkan kualitas dari durian tersebut. Warna isi durian bermacam-macam ada kuning,kuning emas, putih, putih keabu-abuan, dll. Namun warna tersebut tidaklah menunjukkan kualitas rasa.Apalah artinya warna yg mencolok namun bau dan rasanya hambar.

6.       Rasanya
Rasa durian bermacam-macam, ada yang manis, manis agak pahit,dll. Namun Rasa tak dapat ditebak dari warnanya . Rasa hanya dapat dicoba. Kecuali jika penjualnya mengenal rasa setiap varietas durian yang dijual. Sehingga dapat menjelaskan kekonsumen

7.       Durian hutan
Durian mempunyai banyak jenis, di Indonesia ada jenis durian local  yang dikembangbiakkan ada pula durian dari luar Indonesia. Durian yang dikembangkan rata-rata mempunyai buah yang berkualitas, isi pada bijinya padat. Ada pula durian hutan, beberapa wilayah diindonesia masih tergolong hutan sehingga durian hutan tumbuh bebas dialam liar. Biasanya hutan mempunyai biji yang banyak.

Sekian dari kami semoga bermamfaat….

Kamis, 02 Februari 2017

Siapa KH. Ma'ruf Amien Sebenarnya

Subhanallah.. Ternyata KH. Ma'ruf Amien adalah cicit dari Syeikh Nawawi Albantani, mahagurunya ulama2 besar tanah air, ulama masyhur dunia yg fatwanya mnjadi rujukan muslim sedunia hingga hari ini, yg kitab2 karangannya dipakai pesantren2 dr Timur Tengah, Afrika hingga Nusantra,dan satu2nya ulama Nusantara yang pernah menjadi Imam Besar Masjidil Kharam,
Beliau Ulama yg tlh mngharumkan bangsa dlm khsanah islam dunia, beliau termasuk dalam kategori salah satu ulama besar di abad ke 14 H./19 M. Karena kemasyhurannya beliau syekh Nawawi bhkn mendapat gelar: Imam Nawawi Tsani, Sayyid Ulama AlHijaz, AlImam Al-Muhaqqiq walFahhamah AMudaqqiq, A’yan Ulama AlQarn AlRam Asyar lilHijrah, Imam Ulama’ Al-Haramain.
Murid Syekh Nawawi banyak yang menjadi ulama kenamaan dan tokoh-tokoh nasional Islam Indonesia, diantaranya adalah: Syekh Kholil Bangkalan, Madura, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Asy’ari dari Bawean, KH. Tubagus Muhammad Asnawi dari Caringin Labuan, Pandeglang Banten, KH. Tubagus Bakri dari Sempur-Purwakarta, KH. Abdul Karim dari Banten

 ........................
Maka brarti KH. Ma'ruf Amin adalah keturunan yang ke 15 dari kesultanan Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), keturunan dari Putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bernama Tajul ‘Arsy, dn subhanallah...Nasabnya bersambung ke Imam Ja’far Assidiq-Imam Muhammad AlBaqir-Imam Ali Zainal Abidin-Sayyidina Husain-Sayyidah Fatimah Al-Zahra Bintu Rosulullah SAW.. Subhanallah!!...

Saksikanlah ini wahai guru, Perlakuan yg kau terima sungguh tidak akan mengurangi ta'dzim kmi sdikitpun kpdmu bhkan mnambah cinta kami kpdamu..!

(Saudara2ku silahkan disebarkan agar makin banyak yang mngawal beliau)

Senin, 30 Januari 2017

Talbis Iblis


Oleh: Dr. Adian Husaini

Dr. Syamsuddin Arief, alumni ISTAC yang sedang mengambil doktor keduanya di Frankfurt Jerman, beberapa waktu lalu menulis satu artikel yang menghebohkan di hidayatullah.com. Judulnya: DIABOLISME INTELEKTUAL.

Artikel ini segera menyulut tanggapan keras dari seorang aktivis Islam Liberal, yang segera menuduh bahwa orang seperti Dr. Syamsuddin Arief cenderung punya kelainan jiwa (mental disorder), karena merasa dirinya paling benar dan paling bersih.

Melalui artikelnya, Syamsuddin menjelaskan, bahwa "diabolisme" berarti pemikiran, watak dan perilaku ala Iblis ataupun pengabdian padanya.

Dalam kitab suci al-Qur'an dinyatakan bahwa Iblis dikutuk dan dihalau karena menolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada Adam. Iblis tidaklah atheis atau agnostik. Iblis tidak mengingkari adanya Tuhan.

Iblis tidak meragukan wujud maupun ketunggalan-Nya. Iblis bukan tidak kenal Tuhan. Ia tahu dan percaya seratus persen.

Tetapi, meskipun ia tahu kebenaran, ia disebut 'kafir', karena mengingkari dan menolak kebenaran.
Kesalahan Iblis bukan karena ia tak tahu atau tak berilmu. Kesalahannya karena ia membangkang. (QS 2:34, 15:31, 20:116); ia sombong dan menganggap dirinya hebat (QS 2:34, 38:73, 38:75). Iblis juga melawan perintah Tuhan.

Allah berfirman: Dia adalah dari golongan jin, maka ia durhaka terhadap perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain kepada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim (QS 18:50).

Dalam hal ini, Iblis tidak sendirian. Sudah banyak orang yang berhasil direkrut sebagai staf dan kroninya, berpikiran dan berprilaku seperti yang dicontohkannya. Iblis adalah 'prototype' intelektual 'keblinger'.

Sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur'an, sejurus setelah ia divonis, Iblis mohon agar ajalnya ditangguhkan. Dikabulkan dan dibebaskan untuk sementara waktu, ia pun bersumpah untuk menyeret orang lain ke jalannya, dengan segala cara.

"Hasutlah siapa saja yang kau bisa dari kalangan mereka dengan seruanmu. Kerahkan seluruh pasukanmu, kavalri maupun infantri. Menyusuplah dalam urusan keuangan dan keluarga mereka. Janjikan mereka [kenikmatan dan keselamatan]!" Demikian difirmankan kepada Iblis (QS 17:64).

Maka Iblis pun bertekad: "Sungguh akan kuhalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Akan kudatangi mereka dari arah depan dan belakang, dari sebelah kanan dan kiri mereka!" (QS 7:16-17).

Maksudnya, menurut Ibnu Abbas ra, Iblis bertekad untuk menyesatkan orang dengan menebar keraguan, membuat orang ragu dan lupa pada akhirat, alergi dan anti terhadap kebaikan dan kebenaran, gandrung dan tergila-gila pada dunia, hobi dan cuek berbuat dosa, ragu dan bingung soal agama (Lihat: Ibn Katsir, Tafsir al-Qur'an al-'Azim, cetakan Beirut, al-Maktabah al-Asriyyah, 1995, vol. 2, hlm. 190).

Selanjutnya, Syamsuddin Arief menelaborasi ciri-ciri cendekiawan bermental Iblis.

Pertama,
selalu membangkang dan membantah (6:121). Meskipun ia kenal, tahu dan faham, namun tidak akan pernah mau menerima kebenaran. Seperti ingkarnya Fir'aun berikut hulu-balangnya. Maka selalu dicarinya argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi mempertahankan opininya.
Sebab, yang penting baginya bukan kebenaran, akan tetapi pembenaran. Jadi, bukan karena ia tak tahu mana yang benar, tetapi karena ia memang tidak mau mengikuti dan tunduk pada kebenaran itu.

Kedua,
cendekiawan bemental Iblis itu bermuka dua, menggunakan standar ganda (QS 2:14).

Mereka menganggap orang beriman itu bodoh, padahal merekalah yang bodoh dan dungu (sufaha').

Intelektual semacam inilah yang diancam Allah dalam al-Qur'an : "Akan Aku palingkan mereka yang arogan tanpa kebenaran itu dari ayat-ayat-Ku. Sehingga, meskipun menyaksikan setiap ayat, tetap saja mereka tidak akan mempercayainya. Dan kalaupun melihat jalan kebenaran, mereka tidak akan mau menempuhnya. Namun jika melihat jalan kesesatan, mereka justru menelusurinya" (QS 7:146).

Ketiga,
ialah mengaburkan dan menyembunyikan kebenaran (talbis wa kitman al-haqq). Cendekiawan diabolik bukan tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun ia sengaja memutarbalikkan data dan fakta.

Yang batil dipoles dan dikemas sedemikian rupa sehingga nampak seolah-olah haq. Sebaliknya, yang haq digunting dan di'preteli' sehingga kelihatan seperti batil. Ataupun dicampur-aduk dua-duanya sehingga tidak jelas lagi beda antara yang benar dan yang salah.

Strategi semacam ini memang sangat efektif untuk membuat orang lain bingung dan terkecoh.
Al-Qur'an pun telah mensinyalir: "Memang ada manusia-manusia yang kesukaannya berargumentasi, menghujat Allah tanpa ilmu, dan menjadi pengikut setan yang durhaka. Telah ditetapkan atasnya, bahwa siapa saja yang menjadikannya sebagai kawan, maka akan disesatkan olehnya dan dibimbingnya ke neraka" (QS 22:3-4).

Demikianlah peringatan dan paparan Dr. Syamsuddin Arief tentang ciri-ciri cendekiawan yang bermental Iblis. Peringatan ini sepatutnya menjadi renungan serius bagi para cendekiawan yang benar-benar memiliki niat ikhlas untuk mencari kebenaran, dan bukan saja mencari popularitas dan keuntungan duniawi.

Apa yang dilakukan Syamsuddin Arief bukanlah hal baru. Banyak ulama sebelumnya yang telah memberikan peringatan serupa, tentang bahaya taktik dan tipudaya Iblis dalam menyesatkan umat manusia.

Masalah ini begitu penting, sebab, memang Iblis adalah musuh manusia yang nyata, bukan musuh yang tersembunyi. Iblis dan kroni-kroninya seharusnya diketahui dengan jelas ciri-cirinya.

Imam al-Ghazali menulis satu Kitab Khusus tentang masalah Iblis dan tipudayanya, yang diberi judul Talbis Iblis. Kitab dengan judul yang sama juga ditulis oleh al-Hafizh Ibnul Jauzy al-Baghdady. Dalam Kitabnya, Ibnul Jauzy mengingatkan, bahwa talbis artinya menampakkan kebatilan dalam rupa kebenaran.

Ibnul Jauzy menjelaskan talbis Iblis terhadap berbagai jenis agama dan aliran masyarakat, yang tumbuh dan berkembang ketika itu.

Talbis Iblis, atau tipudaya setan, yang hobinya mengaburkan yang haq dan bathil sangatlah perlu diwaspadai oleh manusia. Apalagi, jika yang melakukan talbis itu orang-orang yang dikategorikan ke dalam golongan intelektual atau cendekiawan.

Mereka dengan segala kemampuan ilmunya tidak ragu-ragu mengikuti jejak Iblis, memutarbalikkan yang haq menjadi bathil dan yang bathil menjadi haq.

Di era kebebasan informasi saat ini, kaum Muslim menghadapi masalah yang sangat pelik, yang belum pernah dihadapi di masa-masa lalu. Nyaris setiap hari, media massa melakukan penjungkirbalikan nilai-nilai kebenaran, dengan menggunakan slogan-slogan atau istilah-istilah yang indah, seperti pluralisme, kebebasan, hak asasi, pencerahan, dan sebagainya.

Paham penyamaan semua agama yang jelas-jelas keliru dibungkus dengan istilah indah: pluralisme. Paham penyebarluasan kebebasan amoral dalam bidang perzinahan dan homoseksual dikemas dengan bungkus rapi bernama hak asasi manusia.

Dengan tipudaya Iblis, khamar  diiklankan dan dijadikan kebanggaan oleh sebagian manusia modern, perzinahan dilegalkan dan tidak dipersoalkan kebejatannya, sementara poligami diopinikan sebagai bentuk kejahatan.

Rasulullah saw pernah mengingatkan: Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan tipuan. Pada waktu itu di pendusta dikatakan benar dan orang yang benar dikatakan dusta. (HR Ibnu Majah).

Di zaman globalisasi saat ini, diakui, bahwa informasi adalah kekuatan yang paling dahsyat. Penguasa informasi adalah yang menguasai otak manusia saat ini. Mereka dengan leluasa berpotensi memutarbalikkan fakta dan kebenaran.

Di sinilah talbis Iblis dapat terjadi. Yang haq dipromosikan sebagai kebatilan, dan yang bathil dikampanyekan sebagai al-haq. Banyak motif para pelaku talbis Iblis. Bisa karena memang ada kesombongan, ada penyakit hati, atau karena motif mencari keuntungan duniawi.

Dalam situasi seperti ini, peringatan Dr. Syamsuddin Arief tentang ciri-ciri pelaku talbis Iblis di kalangan intelektual, sangat relevan untuk direnungkan. Sangatlah tidak tepat jika dia dikatakan mengalami gangguan jiwa.

Tugas para Nabi dan pewarisnya (para ulama) adalah menjelaskan mana yang haq dan mana yang bathil, menyeru umat manusia, agar tidak mengikuti jalan-jalan Iblis, jalan yang sesat, yang mengantarkan manusia kepada api neraka.

Jika ada cendekiawan yang tugasnya senantiasa mengaburkan nilai-nilai kebenaran dan kebatilan, maka ia perlu melakukan introspeksi terhadap dirinya sendiri. Allah SWT sudah menjelaskan: Tidak ada paksaan (untuk masuk) agama Islam. Sungguh telah jelas yang benar dari yang salah. (QS 2:256). 

Sikap merasa benar sendiri terhadap kebenaran agama Islam dan yakin dengan kebenaran al-Islam adalah sikap yang sudah seharusnya. Dalam hal ini tidak boleh ada keraguan. Yang haq harus dikatakan haq dan bathil harus dikatakan bathil. Itulah tugas setiap cendekiawan Muslim.

Allah juga mengingatkan: Al-haq itu dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. Sikap meragu-ragukan terhadap kebenaran adalah sikap dan perilaku Iblis, yang tidak perlu dicontoh oleh kaum Muslim.    _oOo_