Senin, 18 November 2013

Jika Engkau Cerdas Ingatlah Kematian

harapan
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam atas Rasulullah.
Rasulullah bersabda,
“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan: (yaitu) kematian” [1].

Orang yang Cerdas = Yang Mengingat Kematian
Seorang yang cerdas tentu tidak akan terlena dengan kehidupan dunia karena dia sadar dunia ini fana dan hanya sementara. Dia tidak akan terlena dengan gemerlapnya dunia dan segala apa yang ada di dalamnya. Sebaliknya ia akan senantiasa ingat akhirat, tempat tinggalnya yang abadi kelak. Dengan demikian seorang yang cerdas maka ia akan selalu ingat kematian. Ibnu Umar berkata :
“Suatu ketika saya pernah bersama Rasulullah lalu datanglah seorang laki-laki dari kaum Anshor. Dia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alahi wasallam lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, muslim manakah yang paling utama?” Rasulullah menjawab, “Yaitu yang paling baik akhlaqnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu muslim manakah yang paling cerdas?” Rasulullah menjawab, “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk kehidupan yang berikutnya (setelah kematian). Mereka itulah orang-orang yang cerdas” [2].

Betapa banyak kita dapati orang-orang yang ‘tidak cerdas’. Dia tahu bahwa dirinya akan meninggalkan dunia ini tetapi ia kejar dunia ini mati-matian. Dia tahu bahwa dirinya akan menghadapi kehidupan akhirat tetapi ia lalai mempersiapkan bekal untuknya. Hal ini tidak lain karena dia lalai mengingat kematian.

Perkataan Salaf Seputar Kematian

Hasan Al Basri rahimahullah mengatakan, “Kematian telah menghinakan dunia. Tidaklah tersisa orang yang berdiam padanya rasa gembira. Tidaklah seorang hamba hatinya senantiasa mengingat kematian kecuali ia akan mengecilkan dunia dan menganggap remeh segala apa yang ada padanya”.
Syamith bin Ajlan mengatakan, “Barangsiapa menjadikan kematian di depan pandangan matanya maka ia tidak akan perduli dengan sempit atau luasnya dunia”.
Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Jika (engkau) mengingat orang-orang yang telah mati maka anggaplah dirimu salah satu dari mereka”.
Hendaknya kita sesekali masuk kuburan untuk mengingat kematian. Dengan mengingat kematian, hati kita tidak akan terikat dengan di dunia. Kita harus yakin bahwa kita akan berpisah dengan dunia ini dan segala apa yang kita cintai di dalamnya.

Jangan Berpanjang Angan

Jangan berpanjang angan-angan bahwa kematian masih lama menghampiri kita. Tidakkah kita sering meyaksikan seorang pemuda yang badannya segar bugar tiba-tiba meninggal dunia. Seorang yang badanya sehat wal afiyat dipagi hari tiba-tiba sorenya menjadi mayat yang terbujur kaku. Kematian bisa datang kapan saja. Hendaknya kita senantiasa bersiap untuk menghadapinya. Ingatlah kita di dunia ini hanya sementara dan kita harus menyiapkan bekal untuk kehidupan setelahnya. 
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, dia berkata,
“Suatu saat Rasulullah memengang pundak saya, lalu beliau bersabda, “Jadilah di dunia ini seperti orang asing atau penyeberang jalan”. Ibnu Umar mengatakan, “Jika kamu di waktu sore maka jangan menunggu waktu subuh, jika kamu di waktu subuh jangan menunggu waktu sore. Gunakanlah kesehatanmu untuk masa sakitmu, gunakan kehidupanmu untuk kematianmu.” [3]


Ingatlah kematian dan jangan berpanjang angan! Seorang yang mengingat kematian tentu takut untuk berbuat maksiat. Bagaimana ia berbuat maksiat padahal dia sadar bisa jadi ia mati setelah itu atau bahkan pada saat itu juga. Seorang yang mengingat kematian tidak akan bosan dengan ibadah/amal yang dia lakukan. Dia akan berusaha memperbagus setiap ibadah/amal yang lakukan karena dia sadar bisa jadi itu adalah ibadah/amal terakhir sebelum kematiannya.

Terakhir, mari kita simak kisah menarik dari salafus saleh berikut ini tentang berpanjang angan. Dari Muhammad bin Abi Taubah, dia berkata, Ma’ruf (mengumadangkan) iqamat untuk sholat lalu berkata kepadaku, “Majulah (menjadi imam)!” Maka saya berkata, “Jika saya mengimami kalian kali ini maka saya tidak (bersedia) lagi mengimami lain kali.” Ma’ruf pun berkata, “Apakah jiwamu membisikkan bahwa kamu akan (dapat) shalat[truncated by WhatsApp]

Kamis, 31 Oktober 2013

Proses Kematian dan Hancurnya Tubuh Kita

Sesaat sebelum mati, Anda akan merasakan jantung berhenti berdetak, nafas tertahan dan badan bergetar.
Anda merasa dingin ditelinga. Darah berubah menjadi asam dan tenggorokan berkontraksi.

0 Menit ...

Kematian secara medis terjadi ketika otak kehabisan supply oksigen.

1 Menit ...

Darah berubah warna dan otot kehilangan kontraksi, isi kantung kemih keluar tanpa izin.

3 Menit ...

Sel-sel otak tewas secara masal. Saat ini otak benar-benar berhenti berpikir.

4 5 Menit ...

Pupil mata membesar dan berselaput.
Bola mata mengkerut karena kehilangan tekanan darah.

7 9 Menit ...

Penghubung ke otak mulai mati.

1 4 Jam ...

Rigor Mortis (fase dimana keseluruhan otot di tubuh menjadi kaku) membuat otot kaku dan rambut berdiri, kesannya rambut tetap tumbuh setelah mati.

4 6 Jam ...

Rigor Mortis Terus beraksi. Darah yang berkumpul lalu mati dan warna kulit menghitam.

6 Jam ...

Otot masih berkontraksi. Proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berjalan.

8 Jam ...

Suhu tubuh langsung menurun drastis.
24 72 Jam ...

Isi perut membusuk oleh mikroba dan pankreas mulai mencerna dirinya sendiri.

36 48 Jam ...

Rigor Mortis berhenti, tubuh anda selentur penari balerina.

3 5 Hari ...

Pembusukan mengakibatkan luka skala besar, darah menetes keluar dari mulut dan hidung.

8 10 Hari ...

Warna tubuh berubah dari hijau ke merah sejalan dengan membusuknya darah.

Beberapa Minggu ..

Rambut, kuku dan gigi dengan mudahnya terlepas. Satu Bulan ... Kulit Anda mulai mencair.

Satu Tahun ...

Tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh Anda.
Anda yang sewaktu hidupnya cantik, gagah, ganteng, kaya dan
berkuasa, sekarang hanyalah tumpukan tulang-belulangyang menyedihkan. Jadi, apa yang mau disombongkan orang sebenarnya ???.

Apa yang hendak kau sombongkan wahai diri...?

Ya Allah..
Jangan engkau Ambil Nyawa kami kecuali dalam keadaan Husnul khatimah..

Aamiin.

Sabtu, 21 September 2013

Seorang Lelaki dari Ujung Kota

Muqaddimah
Sebagai hamba Allah, dalam berbagai momen dan kesempatan, hendaknya kita senantiasa memuji Allah, karena pada setiap desahan nafas dan detak jantung, ada tetesan dan limpahan nikmat dan Rahmat Allah. Dan tidak satupun jalan yang mendatangkan kemurkaan Allah, melainkan jauh-jauh hari  telah diperingatkan oleh Rasulullah. Maka Nabi tidak meninggalkan ummatnya melainkan dalam keadaan agama ini terang benderang, bahkan sampai malamnya seperti siang.  

generasi pertama dari kalangan umat Islam (para shahabat), begitu setia mendampingi Rasulullah memperjuangkan Islam. Mereka senantiasa memikirkan bagaimana memperjuangkan agama Allah. Ketika datang panggilan dari Rasulullah ‘siapakah dari kalian yang ingin menghadang, menjauhkan kaum musyrikin dari  menyerangku?’ 

maka setiap dari mereka membusungkan dadanya dan berkata ‘ana lahu ya rasulullah’ “sayalah orangnya yang siap menghadapi orang yang menyerangmu” Banyak diantara mereka yang meneteskan air mata  ketika tidak diizinkan oleh Rasulullah untuk ikut  berperang secara langsung, berjihad di jalan Allah.

bukan menjadi syarat bahwa orang yang memperjuangkannya harus dari kalangan orang yang berilmu, ulama, atau yang membantu dengan harta, melainkan semua muslim punya kewajiban dan tanggung jawab untuk memikirkan tentang persoalan dakwah.

Kisah Seorang Lelaki
Di dalam Al-Quran dikisahkan tentang seseorang yang perasaannya gelisah. Ia tidak tenang ketika mendapati kaumnya, yang telah Allah utus kepada mereka dua orang rasul, bahkan menambah lagi tiga orang rasul, pada zaman yang sama. Maka tampillah ia, seorang yang bukan dari kalangan Nabi atau Rasul, yang tidak disebutkan namanya dalam Al-Quran. Namun karena merasa  terpanggil, ia meninggalkan tempatnya di pinggir kota, dan mendatangi kaumnya. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
 “Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu” (QS.36:20)

Senin, 08 Juli 2013

Awal Ramadhan sebaiknya kita bersatu (part II)


....(lanjutan dari part I)

Berbagai ormas Islam perlu menyadari, apabila  sebuah perbedaan telah menjadi suatu keniscayaan dan tidak ada titik kompromi, maka perbedaan mungkin dapat dimaklumi. Tapi jika ada titik kompromi yang berlandaskan syar’i dan sejalan dengan ruh dan petunjuk Islam yang mengedepankan persatuan, maka tidak ada alasan untuk terus memelihara perbedaan  yang ada.

Selain itu, masalah perbedaan hari Idul Fitri di Indonesia dapat diselesaikan dengan menjadikan pemerintah sebagai pihak yang menentukan hari Idul Fitri bagi segenap kaum muslimin di Indonesia dengan menerima masukan dari tokoh-tokoh ormas Islam, ulama dan kaum Muslimin umumnya.

Tentang metode penetapannya diserahkan pada pemerintah, melalui perangkat dan ahlinya. Jadi kalau sekarang pemerintah menganut metode rukyah maka yang menganut hisab harus berlapang dada. Dan jika suatu saat pemerintah menganut metode hisab, maka yang menganut metode rukyah harus berlapang dada.

Perlu pula digaris bawahi, hal ini bukan bentuk meninggalkan pendapat yang dianut, tapi untuk kepentingan ibadah dan kemaslahatan yang lebih besar. Dalam hal ini kita mendapatkan contoh dari Rosulullah Shallallhu ‘alaihi wa sallam dimana beliau meninggalkan sesuatu yang beliau pandang baik tapi bukan wajib demi menjaga keutuhan umatnya. Beliau tidak mengubah bentuk Ka’bah sesuai bentuk aslinya di zaman Ibrahim, padahal beliau ingin dan telah berdaulat di Makkah. 

Meninggalkan yang sunnah demi yang wajib adalah  jelas syariatnya dan  telah disepakati oleh kaum muslimin dari masa ke masa. Contoh lain, salah seorang ulama shahabat bernama Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu mengkritik khalifah Utsman radiyallahu ‘anhu dalam perkara tidak mengqoshar shalat (dhuhur,ashar dan isya) di Mina dan beliau meyakini itu bertentangan dengan sunnah. Tetapi ketika  haji , beliau (Ibnu Mas’ud) radiyallahu ‘anhu meninggalkan pendapatnya untuk tidak mengqoshar sholatnya (mengikuti pendapat sang Khalifah) demi persatuan ummat.

Akhirnya, teriring harapan agar semua pihak yang telah atau akan menentukan hari Id berbeda dengan apa yang ditetapkan oleh pemerintah dapat menyesuaikan dengan apa yang akan ditetapkan oleh pemerintah yang merupakan representasi mayoritas umat Islam. Meski dipersilakan untuk tidak berpuasa pada hari yang telah diyakini sebagai hari Idul Fitri.

Di sisi lain, ormas dan kaum muslimin yang sejalan dengan penetapan pemerintah hendaknya pula tidak membanggakan diri. Sebaliknya, harus menghargai orang-orang atau organisasi yang sekalipun mereka tidak berpuasa lagi, tapi mau menyesuaikan shalat idnya dengan mayoritas umat dalam rangka menjaga persatuan dan ukhuwah Islamiyah. 

Semoga Allah senantiasa membimbing dan mencurahkan rahmat dan berkahnya kepada kita semua.


Fiman Allah Shubhana wa ta ‘ala dalam Al-Qur’an:

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah(Q.S. 3:103):


Awal Ramadhan sebaiknya kita bersatu


Penulis: Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., MA

Penentuan  awal ramadhan maupun hari raya kaum muslimin di Indonesia  tiap tahunnya, sering mengalami perbedaan. Beberapa tahun lalu pemeintah (wapres H.M. Jusuf Kalla) penah menggagas upaya penyatuan Idul Fitri dengan mengumpulkan tokoh-tokoh ormas Islam terkemuka.

Perbedaan hari Idul Fitri dan juga Idul Adha sangat penting untuk dicari solusinya. Sebab perbedaan hari Id di antara kaum muslimin akan mengurangi makna syiar Id sebagai hari persatuan dan solidaritas umat Islam, terutama bagi yang berada dalam satu wilayah  atau negara. Berbeda dengan awal puasa yang sekalipun terjadi perbedaan hari, tidak terlalu menampakkan perbedaan diantara umat.

Simpul persoalan yang melatari perbedaan waktu shalat Idul Fitri adalah metode penetapan awal dan akhir Ramadhan. Yang dikenal ada dua metode: rukyah dan hisab. Yang pertama dipegang oleh kalangan Nahdlatul Ulama (NU), sedang yang kedua dianut oleh Muhammadiyah. Pemerintah berpegang pada metode pertama. Karenanya, terdapat tim yang disebarkan untuk memantau dan melihat munculnya bulan pada tanggal 29 Sya’ban dan 29 Ramadhan. Setelah itu, tim tersebut bersidang untuk menetapkan (itsbat) awal puasa dan Idul Fitri. Adapun metode hisab didasarkan pada perhitungan bintang yang lazim dalam ilmu falaq.

Bertahun-tahun persoalan ini tak kunjung tuntas. Yang maksimal diupayakan adalah saling menghargai pilihan masing-masing, meski sangat pahit menyaksikan pelaksanaan shalat Idul Fitri di hari yang berbeda. Padahal kita hidup di satu negara, bahkan satu wilayah dan kota. Kenyataan ini sangat memprihatinkan, mengingat negara-negara Islam lainnya tidak menghadapi persoalan yang sama. Malaysia misalnya, meski di sana juga terdapat ormas Muhammadiyah, tapi pemerintah dan mayoritas penduduknya menganut metode rukyah.

Jika begitu, apakah tak ada solusi untuk mempersatukan hari Idul Fitri bagi kaum Muslimin di Indonesia? 
Sebelumnya, patut diingat, bahwa meski Idul Fitri ini bukanlah ibadah wajib, tapi seluruh kaum muslimin bersemangat melaksanakannya. Karenanya, kita dapat memahami mengapa tidak ada satu kelompok pun yang mau mengalah dengan pendapatnya. Karenanya, solusi yang ditawarkan sulit untuk diterima oleh pihak manapun kecuali mempunyai landasan syar’i yang jelas.

Solusi ini berangkat dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi, Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"(Waktu) puasa itu adalah ketika kalian berpuasa dan (waktu) Idul Fitri adalah ketika kalian beridul Fitri dan (waktu) Idul Adha adalah ketika kalian Beridul Adha.”

Hadits ini tidak menyinggung sama sekali tentang rukyah atau hisab. Tapi ia menegaskan bahwa  puasa dan Idul Fitri dan Idul Adha  adalah ibadah yang dilakukan secara berjamaah dan dengan mayoritas umat.

Ulama hadits menjelaskan makna hadits ini. Yakni, puasa dan Idul Fitri dan Idul Adha adalah ibadah secara berjamaah dan dilakukan bersama mayoritas kaum Muslimin. (Shahih Imam Tirmidzi, Silsilah ash-Shahihah, Syaikh al-Albani, I/440 dan al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah, II/ 9374-9375)

Sabtu, 08 Juni 2013

Persiapan Menyambut Ramadhan

Alangkah bahagianya kaum muslimin dengan kedatangan bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan ampunan, bulan kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan bulan pembebasan dari api neraka. Bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh segenap kaum muslimin.

Orang-orang saleh dan para generasi pendahulu umat ini (salaf) berdoa kepada Allah agar mereka disampaikan ke bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya, Mualla bin al-Fadhl berkata: “Mereka (salaf) selama enam bulan  berdoa kepada Allah supaya disampaikan ke bulan Ramadhan, dan berdoa enam bulan selanjutnya agar amalan mereka pada bulan Ramadhan diterima.”

Kenapa mereka begitu bersungguh-sungguh memohon kepada Allah agar disampaikan ke bulan Ramadhan?

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. memberi kabar para sahabatnya dengan kedatangan bulan Ramadhan: "Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh setan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga dibuka hingga tidak ada satu pun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru: "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah; wahai orang yang mencari keburukan menyingkirlah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka". (H.R.Tirmidzi).

Oleh karenanya kita mesti mempersiapkan kehadiran Ramadhan dengan persiapan yang paripurna agar kita bisa sukses meraih gelar takwa dan mendapat janji Allah yaitu ampunan dan bebas dari api neraka.


Apa saja perkara yang harus dipersiapkan menjelang kedatangan tamu tersebut?


1)  Niat yang sungguh-sungguh
Ketika Ramadhan menjelang banyak orang berbondong-bondong pergi ke pasar dan supermarket untuk persiapan berpuasa. Mereka juga mempersiapkan dan merencanakan anggaran pengeluaran anggaran untuk bulan tersebut. Tetapi sedikit dari mereka yang mempersiapkan hati dan niat untuk Ramadhan.

Kamis, 23 Mei 2013

Keutamaan Bacaan Istigfar



Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kita untuk senantiasa beristighfar, bahkan tidak kurang dari 99 ayat di dalam Al Qur’an yang berisi perintah maupun penjelasan tentang istighfar. Dengan beristighfar, berarti kita bertaubat atas segala dosa yang kita lakukan. Dan sesungguhnya Allah subahanu wata’ala sangat gembira apabila ada hamba-Nya yang bertaubat. Kegembiraan Allah subhanahu wata’ala direalisasikan dalam bentuk ampunan (QS An Nisaa’ : 110).

Selain memberikan ampunan, ada berbagai keutamaan lain yang Dia berikan bagi hamba-Nya yang beristighfar. Sebagian kecil keutamaan itu dapat kita baca dalam salah satu ayat suci-Nya : 

فَقُل فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (١٠) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (١١) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

“Beristighfar (mohonlah ampunan) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh : 10-12).

Senin, 13 Mei 2013

Klub Bayern Munich Akan Bangun Masjid di Stadion Allianz Arena


Para pemain muslim pada klub Jerman Bayern Munich akhirnya bisa bernafas lega, karena impian mereka untuk memiliki sebuah masjid di Allianz arena tercapai, hal tersebut agar mereka dapat melaksanakan shalat wajib tepat waktu.
Manajemen Klub telah mengumumkan persetujuan mereka terhadap permintaan yang di ajukan oleh bintang Bayern Frank Ribery tentang pembangunan masjid bagi pemain muslim untuk  bisa melaksanakan shalat lima waktu.
The Bavarian Manajemen Club memutuskan untuk membangun sebuah masjid untuk memberikan tempat bagi para pemain dan para fans muslim dalam melaksanakan sholat , dan tidak hanya itu pihak manajemen rencananya juga akan menunjuk seorang imam masjid serta membangun perpustakaan Islam  yang cukup besar sebagaimana dilansir oleh situs Maroko “el-botola.com”.
Menurut situs ini, Manajemen klub akan menanggung 85% dari biaya pembangunan masjid dan sisanya akan di tanggung oleh para pemain dan para fans.
Pembangunan masjid bagi para pemain ini bukalah hal yang pertama, sebelumnya Newcastle United juga telah mengabulkan permintaan para pemain Muslim untuk membangun masjid sebagai tempat mereka melaksanakan sholat. (hr/IS)

Sumber: Eramuslim.com

Minggu, 28 April 2013

Menyebar Dakwah Di Dunia Maya



Makassar- Dalam pertemuan komunitas blogger penasunnah di Ruko Ginan Five Jl. Batua Raya Makassar Ahad (28/4/2013). Anggota komunitas penasunnah bertekad membangun konsep pengembangan komunitas kedepannya. Sebagai langkah awal, dalam pertemuan tersebut membahas pula penetapan Visi, Misi dan program kerja. Selain itu, juga dilakukan penyusunan kepengurusan termasuk pemilihan ketua untuk dua periode. Dalam hal ini Abid Fauzan terpilih sebagai pimpinan.

Tujuan komunitas Blogger penasunnah adalah untuk menyebar kebaikan di Dunia maya.
ada keinginan besar untuk memperbesar dakwah di Dunia maya” demikian yang dipaparkan oleh Zainal Lamu sebagai pembina komunitas. Dengan banyaknya Orang yang bergabung dikomunitas ini, diharapkan dapat menambah volume kebaikan di Dunia maya.     
Pertemuan yang dimulai pada pukul 09.30 ini dihadiri oleh 11 orang peserta dari berbagai unsur yang berbeda-beda. Sebelum acara berakhir, para peserta juga melakukan ta’aruf (perkenalan diri) antara satu dengan yang lainnya.

Jumat, 29 Maret 2013

Mewaspadai Sifat Munafik

Baiknya amalan dhohir seseorang seharusnya menunjukkan baiknya hatinya. Akan tetapi, banyak diantara kita yang menyelisihi kaidah ini. Kita begitu bersemangat memperbanyak dan memperbagus amalan di depan manusia, akan tetapi begitu mudahnya melakukan kemaksiatan disaat sendirian. Kita lebih malu kepada manusia dan tidak malu kepada Allah ta’ala. Lalu apa yang akan kita jawab dihadapan Allah kelak.. Kita berlindung kepada Allah dari sifat-sifat kemunafikan.

Definisi Nifaq
Nifaq secara istilah berarti menampakkan keimanan kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, dan kepada hari akhir, akan tetapi menyembunyikan sesuatu yang menjadi kebalikannya, baik seluruhnya maupun sebagiannya. Definisi yang lain adalah seorang  menampakkan secara dhohir amalan yang disyariatkan tetapi menyembunyikan perkara yang haram yang menyelisihi dhohirnya.
Di dalam AlQur’an banyak disebutkan bahaya sifat nifaq. Diantaranya Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalah orang-orang yang fasiq.” [QS. At-Taubah: 67]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Mereka adalah orang-orang yang keluar dari jalan kebenaran dan masuk ke jalan kesesatan”(Tafsir Ibnu Katsir).
Allah ta’ala juga menjadikan orang-orang munafiq(nifaq akbar) lebih jelek daripada orang-orang kafir. Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu tempatnya di keraknya neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” [QS. An-Nisaa’: 145].
Sungguh terdapat perbedaan yang sangat besar antara seorang mukmin dan orang munafik. Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Seorang mukmin memadukan antara ihsan(amalan yang baik) dan rasa takut(kalau amalnya tidak diterima). Adapun seorang munafik memadukan antara perbuatan jelek dan perasaan aman dari adzab Allah.”

Nifaq dibagi menjadi 2 yaitu nifaq akbar dan nifaq asghar.
1. Nifaq Akbar
Yaitu seorang menampakkan islam di depan manusia dan menyembunyikan kekufurannya. Mereka melakukan amalan-amalan islam, seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan yang lainnya. Akan tetapi didalam hatinya tidak beriman kepada Allah ta’ala, tidak beriman atau membenci syariat nabiNya, atau tidak beriman kepada kitabNya, atau tidak beriman kepada adzab kubur, atau tidak mau mengimani bahwa nashrani dan yahudi termasuk orang kafir, atau tidak mau mengimani bahwa agama islam adalah agama yang sempurna, atau keyakinan-keyakinan sesat lainnya yang menyelisihi syariat islam.
Nifaq akbar disebut juga nifaq ‘Itiqodi, karena berkaitan dengan keyakinan. Hukumnya adalah mengeluarkan dari islam sebagaimana syirik akbar dan kufur akbar. Bahkan orang munafiq jenis ini termasuk sejelek-jelek orang kafir. Karena kekafirannya ditambah dengan kedustaan dan penipuan. Mereka lebih berbahaya daripada orang-orang kafir karena bisa merusak islam dari dalam. Amalan dhohir mereka adalah amalan orang-orang yang tunduk dan menerima islam, sedangkan hati mereka adalah hati orang-orang yang memerangi islam. Allah ta’ala berfirman tentang mereka, ”Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir, padahal mereka itu sesungguhnya bukanlah orang-orang yang beriman”(QS. Al-Baqarah : 8).
Diantara amal orang yang melakukan nifaq akbar adalah mengejek Allah, RasulNya dan kitab AlQur’an, berpaling dari syariat islam, menolong orang kafir untuk memerangi kaum muslimin, gembira dengan kemunduran islam atau kekalahan kaum muslimin, serta mencela para ulama dan orang-orang shalih karena ulama dan orang sholeh tersebut berpegang teguh kepada agama islam.