Muqaddimah
Sebagai hamba Allah, dalam berbagai momen dan kesempatan, hendaknya
kita senantiasa memuji Allah, karena pada setiap desahan nafas dan detak
jantung, ada tetesan dan limpahan nikmat dan Rahmat Allah. Dan tidak satupun
jalan yang mendatangkan kemurkaan Allah, melainkan jauh-jauh hari telah
diperingatkan oleh Rasulullah. Maka Nabi tidak meninggalkan ummatnya melainkan
dalam keadaan agama ini terang benderang, bahkan sampai malamnya seperti siang.
generasi pertama dari kalangan umat Islam (para shahabat), begitu
setia mendampingi Rasulullah memperjuangkan Islam. Mereka senantiasa memikirkan
bagaimana memperjuangkan agama Allah. Ketika datang panggilan dari Rasulullah ‘siapakah
dari kalian yang ingin menghadang, menjauhkan kaum musyrikin dari
menyerangku?’
maka setiap dari mereka membusungkan dadanya dan berkata ‘ana
lahu ya rasulullah’ “sayalah orangnya yang siap menghadapi orang yang
menyerangmu” Banyak diantara mereka yang meneteskan air mata ketika tidak
diizinkan oleh Rasulullah untuk ikut berperang secara langsung, berjihad
di jalan Allah.
bukan menjadi syarat bahwa orang yang memperjuangkannya harus dari
kalangan orang yang berilmu, ulama, atau yang membantu dengan harta, melainkan
semua muslim punya kewajiban dan tanggung jawab untuk memikirkan tentang
persoalan dakwah.
Kisah Seorang Lelaki
Di dalam Al-Quran
dikisahkan tentang seseorang yang perasaannya gelisah. Ia tidak tenang ketika
mendapati kaumnya, yang telah Allah utus kepada mereka dua orang rasul, bahkan
menambah lagi tiga orang rasul, pada zaman yang sama. Maka tampillah ia,
seorang yang bukan dari kalangan Nabi atau Rasul, yang tidak disebutkan namanya
dalam Al-Quran. Namun karena merasa terpanggil, ia meninggalkan tempatnya
di pinggir kota, dan mendatangi kaumnya. Seperti yang disebutkan dalam
Al-Qur’an:
“Dan datanglah dari ujung kota, seorang
laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan
itu” (QS.36:20)